Akamai Serangan DDoS Meningkat di Asia Pasifik
Perusahaan keamanan siber global, Akamai Technologies, baru-baru ini melaporkan lonjakan signifikan dalam frekuensi dan skala serangan Distributed Denial of Service (DDoS) di kawasan Asia Pasifik. Dalam laporan kuartalan terbarunya, Akamai mengungkapkan bahwa jumlah serangan DDoS di wilayah ini meningkat drastis selama paruh pertama tahun 2025, menjadikan Asia Pasifik sebagai salah satu target utama serangan siber global.
Fenomena ini mengkhawatirkan, terutama karena semakin banyak sektor penting seperti perbankan, layanan kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan yang menjadi korban. Peningkatan ancaman ini menyoroti perlunya sistem keamanan digital yang lebih kuat dan strategi mitigasi yang lebih terintegrasi.
Apa Itu Serangan DDoS dan Mengapa Berbahaya?
DDoS adalah bentuk serangan siber yang bertujuan membuat sebuah sistem, layanan, atau jaringan tidak dapat diakses oleh pengguna sahnya. Ini dilakukan dengan membanjiri target dengan lalu lintas internet dalam jumlah besar dari berbagai sumber hingga sistem menjadi kewalahan dan lumpuh.
Bahaya dari serangan DDoS tidak hanya pada gangguan teknis, tetapi juga dampaknya terhadap reputasi perusahaan, kepercayaan pelanggan, serta potensi kerugian finansial besar. Dalam kasus sektor kritikal seperti layanan kesehatan atau sistem transportasi, dampaknya bahkan bisa merugikan keselamatan masyarakat.
Lonjakan Serangan di Asia Pasifik: Data dan Temuan
Menurut laporan Akamai, Asia Pasifik mengalami peningkatan serangan DDoS sebesar lebih dari 70% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Australia, dan Singapura termasuk yang paling sering menjadi sasaran. Sektor-sektor paling terdampak antara lain:
-
Perbankan dan jasa keuangan
-
Pemerintahan dan layanan publik
-
E-commerce
-
Gaming dan hiburan online
Akamai juga menemukan bahwa para pelaku serangan kini semakin canggih, dengan menggunakan teknik seperti multi-vector attacks, di mana beberapa metode serangan dilakukan secara bersamaan untuk menghindari sistem pertahanan tradisional.
Mengapa Asia Pasifik Jadi Target Utama?
Ada beberapa alasan mengapa kawasan Asia Pasifik kini menjadi sasaran utama serangan DDoS:
-
Pertumbuhan digital yang pesat
Banyak negara di kawasan ini mengalami percepatan transformasi digital pasca pandemi, namun belum diimbangi dengan penguatan infrastruktur keamanan siber. -
Tingginya ketergantungan terhadap layanan online
Aktivitas masyarakat dan ekonomi yang semakin bergantung pada platform digital menciptakan target yang luas dan rentan. -
Kurangnya kesadaran dan kesiapan organisasi kecil-menengah
Banyak pelaku usaha kecil hingga menengah belum memiliki proteksi atau sistem mitigasi serangan siber yang memadai.
Strategi Pelaku Serangan Makin Canggih
Akamai mengungkap bahwa pelaku DDoS kini semakin memanfaatkan perangkat IoT (Internet of Things) yang tidak aman untuk membentuk botnet—jaringan perangkat yang disusupi dan dikendalikan secara remote untuk melakukan serangan. Selain itu, serangan kini juga dikombinasikan dengan ransom DDoS, di mana pelaku meminta tebusan agar serangan dihentikan.
Beberapa serangan bahkan ditujukan sebagai distraksi, sementara pelaku menyusup ke sistem internal organisasi untuk mencuri data atau memasang ransomware.
Respons dan Langkah Mitigasi
Melihat tren yang terus meningkat, berbagai perusahaan dan lembaga pemerintah mulai meningkatkan sistem keamanan mereka. Di Indonesia, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyatakan bahwa peningkatan kapasitas keamanan digital adalah prioritas nasional, terutama menjelang pelaksanaan Pemilu dan event internasional.
Akamai menyarankan sejumlah langkah mitigasi seperti:
-
Penggunaan Web Application Firewall (WAF) dan sistem deteksi dini
-
Implementasi solusi cloud-based DDoS protection
-
Peningkatan kesadaran karyawan terhadap ancaman digital
-
Simulasi insiden berkala untuk memastikan kesiapan sistem
Pentingnya Kolaborasi Regional
Serangan siber lintas negara menuntut kolaborasi regional yang lebih erat. Asia Pasifik membutuhkan sistem koordinasi lintas batas yang kuat, baik dalam hal pertukaran informasi ancaman maupun respons insiden.
Forum-forum seperti ASEAN Cybersecurity Cooperation Strategy dan kerja sama dengan lembaga global seperti INTERPOL maupun perusahaan teknologi seperti Akamai menjadi sangat penting dalam upaya kolektif menghadapi ancaman siber.
Baca juga:Saudi Arabia Bagikan Mushaf Al-Quran Jemaah Haji Yang Pulang
Kesimpulan: Waspada di Tengah Transformasi Digital
Peningkatan serangan DDoS di Asia Pasifik seperti yang dilaporkan Akamai menjadi sinyal peringatan penting bagi semua pemangku kepentingan digital. Semakin berkembangnya teknologi dan adopsi digital harus diiringi dengan investasi yang memadai di bidang keamanan siber.
Organisasi, baik besar maupun kecil, perlu menyadari bahwa serangan tidak lagi soal kemungkinan, tetapi soal kapan akan terjadi. Maka dari itu, perlindungan, kesiapan, dan pemahaman mendalam tentang lanskap ancaman digital adalah keharusan di era saat ini.