TikTok Kembali Bisa Diunduh di App Store dan Google Play Store AS
Hampir sebulan setelah dilarang di Amerika Serikat, aplikasi video pendek TikTok besutan ByteDance kini kembali tersedia di toko aplikasi App Store untuk iPhone dan Google Play Store untuk Android.
Langkah ini menandakan adanya perubahan dalam kebijakan terkait TikTok di AS, yang sebelumnya menghadapi ancaman pemblokiran permanen akibat kekhawatiran soal keamanan data dan hubungan ByteDance dengan pemerintah China.

TikTok Kembali Bisa Diunduh di App Store dan Google Play Store AS
Menurut laporan Bloomberg, keputusan untuk mengembalikan TikTok ke toko aplikasi Apple dan Google terjadi setelah Jaksa Agung AS, Pam Bondi, mengirimkan surat kepada Apple. Surat itu memastikan bahwa Apple tidak akan dikenakan sanksi atau denda karena tetap mengizinkan keberadaan TikTok di toko aplikasinya.
Sebelumnya, pada Januari 2025, Apple dan Google menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka sebagai respons terhadap aturan yang melarang keberadaan aplikasi tersebut di platform AS mulai 19 Januari 2025.
Namun, Presiden Donald Trump kemudian menandatangani perintah eksekutif pada 20 Desember 2025, yang memberikan waktu tambahan 75 hari sebelum larangan tersebut diberlakukan secara permanen.
Meski begitu, baik Apple maupun Google sempat menunda pengembalian TikTok ke toko aplikasi mereka karena adanya ketidakpastian hukum dan risiko terkena denda dalam jumlah miliaran dolar AS jika aturan tersebut kembali berubah.
Setelah adanya kepastian dari pemerintah AS bahwa Apple dan Google tidak akan dikenakan sanksi, aplikasi TikTok akhirnya dapat kembali diunduh oleh pengguna di AS.
Nasib TikTok di Amerika Serikat
Meski kini telah kembali ke App Store dan Play Store, nasib TikTok di AS masih belum sepenuhnya aman. Presiden Trump telah menugaskan Wakil Presiden AS, JD Vance, untuk mengawasi negosiasi penjualan TikTok ke perusahaan AS.
Sejumlah perusahaan teknologi besar dikabarkan tertarik untuk mengakuisisi operasional TikTok di AS, di antaranya:
-
Grup investor yang dipimpin oleh YouTuber MrBeast
- MrBeast, alias Jimmy Donaldson, bersama sejumlah investor AS dikabarkan telah mengumpulkan lebih dari USD 20 miliar (sekitar Rp 325 triliun) untuk membeli TikTok.
- MrBeast bahkan sempat bercanda di media sosialnya dengan menulis, “Oke, aku akan beli TikTok agar aplikasi ini tidak dilarang,” yang awalnya dianggap sebagai lelucon. Namun, setelah itu ia mengungkap bahwa sejumlah miliarder benar-benar mendukungnya untuk membeli TikTok.
- Investor yang terlibat dalam kelompok MrBeast termasuk David Baszucki (CEO Roblox) dan Nathan McCauley (CEO Anchorage Digital).
-
Project Liberty
- Grup investor yang dipimpin oleh Frank McCourt (pemilik LA Dodgers) dan Kevin O’Leary (Shark Tank) juga dikabarkan mengajukan tawaran senilai USD 20 miliar.
- Tawaran ini lebih rendah dibandingkan tawaran yang diajukan oleh MrBeast dan timnya.
-
Elon Musk dan Microsoft
- Elon Musk dan Microsoft juga disebut-sebut sebagai calon pembeli potensial TikTok di AS.
- Microsoft sebelumnya sudah pernah mencoba mengakuisisi TikTok pada 2020, tetapi gagal karena ByteDance menolak menjual asetnya.
ByteDance Masih Bertahan, Tidak Mau Menjual TikTok
Meski ada banyak tawaran untuk membeli operasional TikTok di AS, pihak ByteDance tetap menegaskan bahwa mereka tidak akan menjual atau memisahkan bisnis TikTok di Amerika.
Sikap tegas ByteDance ini berpotensi memperpanjang konflik hukum dengan pemerintah AS, yang masih bersikeras bahwa TikTok harus dijual ke entitas AS atau menghadapi larangan permanen.
Sejauh ini, ByteDance belum memberikan komentar resmi mengenai kemungkinan menjual TikTok ke investor AS. Namun, perusahaan asal China ini diyakini akan mencari berbagai cara untuk tetap mempertahankan operasionalnya di AS tanpa harus melepas kepemilikannya.
Mengapa TikTok Dilarang di AS?
BACA JUGA :Mengenal Aplikasi Red Note, Apakah Lebih Aman daripada TikTok?
Larangan terhadap TikTok di AS berakar dari kekhawatiran soal keamanan data dan hubungan ByteDance dengan pemerintah China. Beberapa alasan utama di balik pelarangan TikTok adalah:
-
Kecurigaan bahwa data pengguna AS disalahgunakan
- Pemerintah AS menuding TikTok mengumpulkan data pengguna secara besar-besaran dan berpotensi memberikan akses kepada pemerintah China.
-
Ancaman terhadap keamanan nasional
- AS khawatir bahwa pemerintah China dapat menggunakan TikTok untuk menyebarkan propaganda atau bahkan melakukan spionase digital terhadap warga AS.
-
Hubungan dengan Partai Komunis China
- ByteDance, sebagai pemilik TikTok, dianggap memiliki kedekatan dengan Partai Komunis China dan dinilai berisiko menjadi alat pemerintah China untuk mengontrol opini publik di AS.
Apa Dampaknya bagi Pengguna TikTok di AS?
Dengan kembalinya TikTok ke App Store dan Play Store, pengguna di AS kini dapat kembali mengunduh
dan memperbarui aplikasi seperti biasa. Namun, mereka masih menghadapi ketidakpastian mengenai masa depan TikTok di negara tersebut.
Jika ByteDance akhirnya terpaksa menjual operasional TikTok di AS, kemungkinan akan ada perubahan
dalam kebijakan platform, regulasi data, dan aturan konten.
Namun, jika ByteDance tetap bersikeras untuk tidak menjual TikTok, maka kemungkinan besar aplikasi ini akan
kembali menghadapi gelombang pelarangan baru dari pemerintah AS dalam beberapa bulan mendatang.
TikTok Kembali, Tapi Tidak Sepenuhnya Aman
Meskipun TikTok kini kembali tersedia di App Store dan Google Play Store, konflik hukum dan politik antara
pemerintah AS dan ByteDance masih jauh dari selesai.
Sejumlah investor AS, termasuk MrBeast, Frank McCourt, dan Microsoft, tengah berlomba-lomba untuk mengakuisisi TikTok, tetapi ByteDance tetap menolak untuk menjual.
Di sisi lain, tekanan politik dari pemerintahan Donald Trump masih terus berlanjut, dengan kemungkinan
bahwa TikTok kembali dilarang jika ByteDance tidak mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah AS.
Bagaimana nasib TikTok selanjutnya? Akankah aplikasi ini tetap bertahan di AS, atau justru menghadapi larangan permanen? Kita tunggu perkembangannya!