Penjualan Mobil Januari 2025 Masih Lesu, BYD Ubah Peta Persaingan
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penjualan mobil di dalam negeri pada Januari 2025 mengalami perlambatan signifikan. Total distribusi dari pabrik ke diler (wholesales) hanya mencapai 61.843 unit, turun 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan ritel juga mengalami penurunan lebih besar, yaitu 18,6 persen, dengan total 63.858 unit yang terjual ke konsumen.
Kondisi ini menunjukkan tantangan besar di awal tahun bagi industri otomotif Indonesia, terutama dengan adanya berbagai faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi, kenaikan harga kendaraan, dan ketidakpastian daya beli masyarakat.

Namun, di tengah kondisi pasar yang melemah, peta persaingan antar merek mengalami perubahan yang cukup signifikan, dengan masuknya produsen mobil listrik asal China, BYD, dalam daftar 10 merek mobil terlaris di Indonesia.
“Masuknya BYD ke dalam daftar merek mobil terlaris menunjukkan tren peralihan pasar ke kendaraan listrik semakin nyata. Ini menjadi sinyal bahwa produsen mobil konvensional harus semakin agresif beradaptasi,” ujar seorang analis industri otomotif.
Toyota Masih Kuasai Pasar, Daihatsu dan Honda di Posisi 2 dan 3
Penjualan Mobil Januari 2025 Masih Lesu, BYD Ubah Peta Persaingan
Toyota masih menjadi pemimpin pasar dengan dominasi kuat, mencatat penjualan wholesales sebanyak 22.082 unit dan menjadi satu-satunya produsen yang menembus angka dua digit dalam jumlah penjualan di awal tahun.
Berikut adalah daftar 10 merek mobil dengan penjualan wholesales tertinggi pada Januari 2025:
- Toyota – 22.082 unit
- Daihatsu – 9.983 unit
- Honda – 7.276 unit
- Mitsubishi Motors – 5.028 unit
- Suzuki – 4.982 unit
- Hyundai (HMID) – 2.308 unit
- Isuzu – 2.206 unit
- Mitsubishi Fuso – 2.105 unit
- Hino – 1.285 unit
- BYD – 1.114 unit
Toyota masih menjadi pemain dominan dengan market share mencapai 35,7 persen, diikuti oleh Daihatsu dan Honda. Meski demikian, Toyota dan Daihatsu mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan dibandingkan Desember 2024, yakni hingga 23,5 persen.
Honda, Mitsubishi, dan Suzuki juga tetap menjadi pilar utama di industri otomotif Indonesia, meskipun mengalami tantangan yang sama dalam hal penurunan permintaan.
BYD Menggeser Chery dan Wuling, Menandai Tren Kendaraan Listrik di Indonesia
Kehadiran BYD sebagai produsen kendaraan listrik baru dari China semakin mengukuhkan tren elektrifikasi kendaraan di Indonesia.
Dengan total penjualan 1.114 unit pada Januari 2025, BYD berhasil menggeser merek China lain seperti Chery dan Wuling yang sebelumnya lebih dulu masuk pasar Indonesia.
“Kami melihat bahwa masyarakat Indonesia mulai terbuka terhadap mobil listrik, terutama yang memiliki efisiensi bahan bakar dan teknologi canggih,” kata seorang perwakilan dari BYD.
Meskipun pasar mobil listrik di Indonesia masih dalam tahap awal, penetrasi BYD yang cukup agresif bisa menjadi pemicu bagi pabrikan lain untuk semakin serius dalam mengembangkan kendaraan ramah lingkungan.
Perbandingan Penjualan Ritel: Hyundai Masuk 7 Besar, BYD di Posisi 12
Jika melihat dari penjualan ritel langsung ke konsumen, daftar ENAK4D merek terlaris mengalami sedikit pergeseran.
Berikut adalah 10 merek mobil terlaris berdasarkan penjualan ritel Januari 2025:
- Toyota – 21.553 unit
- Daihatsu – 11.305 unit
- Honda – 8.757 unit
- Mitsubishi Motors – 4.665 unit
- Suzuki – 4.525 unit
- Hino – 2.110 unit
- Hyundai – 2.001 unit
- Mitsubishi Fuso – 1.814 unit
- Wuling – 1.667 unit
- Isuzu – 1.639 unit
Hyundai naik ke posisi 7, sementara BYD berada di posisi ke-12, mengindikasikan bahwa penjualan langsung ke konsumen masih membutuhkan waktu untuk tumbuh secara signifikan.
BACA JUGA :Mazda CX-80 PHEV Resmi Meluncur, Harga Rp 1,1 Miliaran
Meski demikian, peningkatan ini tetap menjadi pertanda bahwa kendaraan listrik mulai memiliki daya saing di pasar mobil nasional.
Apa yang Menyebabkan Penurunan Penjualan Mobil di Januari 2025?
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan penjualan mobil di awal tahun ini meliputi:
-
Kondisi Ekonomi yang Tidak Stabil
- Ketidakpastian ekonomi global dan kenaikan suku bunga membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk pembelian kendaraan baru.
-
Peningkatan Harga Mobil
- Beberapa merek mengalami kenaikan harga karena inflasi dan biaya produksi yang lebih tinggi.
-
Regulasi Emisi dan Peralihan ke Kendaraan Listrik
- Seiring dengan regulasi kendaraan ramah lingkungan, banyak konsumen yang menunda pembelian mobil konvensional dan mempertimbangkan opsi kendaraan listrik.
-
Tren Penurunan Minat pada Mobil Baru
- Banyak konsumen lebih memilih untuk membeli mobil bekas berkualitas tinggi, yang menawarkan harga lebih terjangkau dibandingkan unit baru.
Bagaimana Tren Penjualan Mobil ke Depannya?
Meskipun awal tahun 2025 dimulai dengan perlambatan penjualan, beberapa analis memperkirakan bahwa pasar otomotif bisa kembali pulih pada semester kedua tahun ini.
Beberapa faktor yang dapat mendorong pemulihan pasar otomotif meliputi:
- Insentif pemerintah untuk kendaraan listrik.
- Penyesuaian strategi harga oleh pabrikan mobil.
- Peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan perbaikan ekonomi.
Selain itu, pabrikan mobil juga diharapkan untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka, baik melalui program promosi, pembiayaan kendaraan yang lebih fleksibel, hingga pengembangan kendaraan listrik yang lebih terjangkau.
Pasar Lesu, Tapi BYD Berhasil Mencuri Perhatian
- Penjualan mobil di Januari 2025 turun hingga 18,6 persen dibanding tahun lalu.
- Toyota masih memimpin pasar, sementara BYD masuk 10 besar merek terlaris untuk pertama kalinya.
- Perlambatan ekonomi dan kenaikan harga kendaraan menjadi faktor utama penurunan penjualan.
- Kendaraan listrik semakin diterima oleh pasar, dengan BYD menunjukkan pertumbuhan pesat.
- Pasar otomotif diprediksi akan mulai pulih pada semester kedua tahun 2025.
Kehadiran BYD dalam daftar merek mobil terlaris di Indonesia menunjukkan bahwa tren elektrifikasi kendaraan semakin nyata, dan ini bisa menjadi awal perubahan besar dalam industri otomotif nasional.
Dengan kondisi pasar yang dinamis, persaingan di industri otomotif Indonesia ke depan akan semakin ketat, terutama dengan semakin banyaknya produsen kendaraan listrik yang masuk ke pasar domestik.