Skip to content
TECHYTIMENEWS | Menginformasikan Inovasi Tren dan Transformasi Digital
Menu
  • Home
    • Blog
  • Global
  • Teknologi
    • Otomotif
  • Inovasi
  • Digital
    • Tren
    • Internet
Menu

Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan “Ambil Alih” Manusia

Posted on April 30, 2025

Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan “Ambil Alih” Manusia

Kemajuan pesat dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) membawa dua sisi mata uang: inovasi luar biasa dan kekhawatiran mendalam.

Salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan AI, Geoffrey Hinton, yang dijuluki sebagai “Bapak AI”, secara terbuka menyuarakan kekhawatiran tentang potensi ancaman AI terhadap masa depan umat manusia.

Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan "Ambil Alih" Manusia
Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan “Ambil Alih” Manusia

Dalam berbagai wawancara dan pernyataan publik terbaru, Hinton mengungkapkan bahwa AI kini bukan lagi sekadar alat bantu manusia

tetapi telah berkembang ke titik di mana teknologi ini berpotensi menggantikan manusia itu sendiri, bahkan mengambil alih kendali dalam banyak aspek kehidupan.

Peringatan ini tidak datang dari sembarang orang. Geoffrey Hinton adalah ilmuwan yang secara langsung berkontribusi dalam pengembangan

teknologi pembelajaran mesin (machine learning) dan jaringan syaraf tiruan (neural networks) yang menjadi dasar dari AI modern.

Dengan pengalamannya yang mendalam, kekhawatiran Hinton bukan sekadar spekulasi, melainkan peringatan serius yang perlu disikapi secara global.


Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan “Ambil Alih” Manusia

Geoffrey Hinton adalah seorang ilmuwan komputer asal Inggris-Kanada yang dikenal sebagai pelopor dalam bidang deep learning dan artificial neural networks.

Bersama dengan dua rekannya, Hinton menerima Turing Award 2018, yang kerap disebut sebagai Nobel-nya dunia komputer, atas kontribusi mereka terhadap kemajuan dalam kecerdasan buatan.

Selama bertahun-tahun, Hinton bekerja untuk Google dan sejumlah institusi akademik untuk meneliti pengembangan AI

termasuk algoritma yang kini digunakan dalam pengenalan wajah, asisten virtual, dan sistem rekomendasi digital.

Namun pada 2023, Hinton mengundurkan diri dari Google dan mulai bersuara lantang tentang bahaya AI, menyesali sebagian dari perannya dalam membangun teknologi yang kini berkembang di luar kendali.


Apa yang Menjadi Kekhawatiran Utamanya?

Dalam wawancara dengan media besar seperti The New York Times, BBC, dan MIT Technology Review, Hinton menjabarkan beberapa poin penting yang menurutnya perlu menjadi perhatian utama:

  1. AI Bisa Lebih Pintar dari Manusia
    Hinton mengatakan bahwa AI telah mencapai titik di mana ia bisa belajar sendiri dan mengembangkan kemampuannya tanpa bimbingan manusia secara langsung. Ini membuka peluang AI untuk menjadi lebih cerdas secara umum dari manusia, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

  2. Potensi Disinformasi Skala Besar
    Kemampuan AI untuk menciptakan teks, gambar, dan suara palsu yang sangat meyakinkan dapat menyebabkan banjir disinformasi, manipulasi politik, hingga serangan psikologis terhadap masyarakat.

  3. Risiko Kehilangan Kendali
    Seiring AI menjadi semakin otonom, Hinton memperingatkan bahwa akan datang saat di mana manusia tidak lagi memahami atau mengendalikan keputusan yang dibuat oleh AI, terutama jika AI digunakan dalam sistem militer atau pemerintahan.

  4. Dampak Sosial dan Ekonomi
    AI dapat menggantikan jutaan pekerjaan manusia dalam waktu singkat. Jika tidak diatur dengan baik, hal ini bisa menciptakan ketimpangan ekonomi yang ekstrem, memperburuk kemiskinan, dan memicu konflik sosial.


Dari Prediksi ke Realita: AI Hari Ini Sudah Sangat Canggih

CERDAS4D Ketakutan Hinton bukan tanpa dasar. Saat ini, teknologi seperti ChatGPT, Bard, dan berbagai AI generatif lainnya telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menulis, menerjemahkan, membuat kode, menciptakan gambar dan video, hingga mensimulasikan percakapan manusia secara alami.

Tidak hanya itu, AI juga telah diintegrasikan ke dalam:

  • Sistem keamanan dan pengawasan

  • Platform pencarian kerja dan rekrutmen

  • Dunia medis dan diagnostik penyakit

  • Perbankan dan keuangan

  • Transportasi, termasuk kendaraan otonom

Kecanggihan ini menimbulkan pertanyaan serius: sampai di mana batasan AI? Dan siapa yang akan bertanggung jawab bila AI melakukan kesalahan, atau lebih parahnya, bertindak di luar kontrol manusia?


Reaksi Komunitas Teknologi dan Pemerintah

Pernyataan Hinton mendapat dukungan dari sejumlah tokoh ternama, termasuk Elon Musk, Yoshua Bengio, dan Stuart Russell, yang semuanya pernah menyuarakan kekhawatiran tentang AI superinteligensia.

Sementara itu, berbagai pemerintah mulai mengambil langkah pencegahan. Uni Eropa, misalnya, sedang menggodok AI Act, sebuah regulasi yang akan mengatur penggunaan AI di berbagai sektor. Amerika Serikat juga mulai mendesak perusahaan teknologi untuk lebih transparan dalam pengembangan model AI mereka.

Namun demikian, sebagian pengamat menyebut bahwa reaksi pemerintah masih terlalu lambat dibandingkan kecepatan pertumbuhan teknologi.

Baca juga:Daftar LMPV Terlaris Maret 2025: Avanza Masih Teratas


Apa yang Bisa Dilakukan?

Geoffrey Hinton dan para ahli lainnya menyerukan agar dunia segera mengambil langkah-langkah konkret, di antaranya:

  1. Pembentukan Dewan Etik AI Global
    Dibentuk oleh gabungan negara, akademisi, dan industri untuk mengawasi perkembangan AI, memastikan sesuai etika dan tidak membahayakan umat manusia.

  2. Moratorium Pengembangan AI Tingkat Lanjut
    Sementara waktu, pengembangan model AI supercanggih perlu dihentikan agar ada waktu untuk mengevaluasi dampaknya.

  3. Edukasi dan Kesadaran Publik
    Masyarakat perlu dibekali pengetahuan mengenai AI agar dapat memahami risiko dan manfaatnya dengan bijak.

  4. Regulasi Transparansi dan Akses Data
    Perusahaan teknologi wajib membuka model AI mereka untuk ditinjau oleh publik dan regulator guna mencegah penyalahgunaan.


Batas Antara Kecanggihan dan Ancaman

Kecerdasan buatan memang membawa banyak manfaat: meningkatkan efisiensi kerja, mempercepat riset ilmiah, membantu dunia medis, dan membuka potensi ekonomi baru. Namun jika tidak diawasi dan diatur dengan bijak, AI juga bisa menjadi senjata bermata dua.

Hinton bukan anti-teknologi. Ia percaya bahwa AI bisa membawa kebaikan, tapi hanya jika dikembangkan dengan kesadaran, tanggung jawab, dan etika.

Ia mengajak semua pihak—ilmuwan, pemimpin negara, perusahaan teknologi, dan masyarakat—untuk tidak terlena oleh kecanggihan AI, tapi tetap waspada terhadap potensi bahayanya.


Kesimpulan: Peringatan Serius dari Sang Pencipta

Ketika seseorang yang disebut sebagai “Bapak AI” memperingatkan dunia akan bahaya

ciptaannya sendiri, maka itu bukan alarm biasa—melainkan sinyal peringatan keras yang patut diperhatikan.

AI bukan sekadar alat, melainkan kekuatan baru yang bisa membentuk ulang masa depan manusia. Pertanyaannya sekarang: apakah kita mampu mengendalikan kekuatan ini, atau justru akan menjadi pihak yang dikendalikan?

Geoffrey Hinton sudah berbicara. Kini, giliran dunia mendengarkan dan bertindak.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita terbaru

  • Riset AI Makin Canggih, tapi Juga Makin Halu
  • Riset Ungkap Bahaya Anak di Bawah 18 Tahun Pakai AI, Ini Alasannya
  • Sewa Baterai Mobil Listrik Polytron G3, Rp 1,2 Juta per Bulan
  • Polytron G3 dan G3+: Mobil Listrik dengan 21 Fitur ADAS Terbaru
  • Apple Kirim Peringatan Spyware” Berbahaya ke Para Pengguna iPhone

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024

Categories

  • Digital
  • Global
  • Inovasi
  • Internet
  • Otomotif
  • Teknologi
  • Tren
  • Uncategorized
©2025 TECHYTIMENEWS | Menginformasikan Inovasi Tren dan Transformasi Digital | Design: Newspaperly WordPress Theme