6 Teknologi AI China yang Tantang Dominasi AS
China kian menunjukkan taringnya di panggung teknologi global, terutama dalam pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Dalam beberapa bulan terakhir, Negeri Tirai Bambu memamerkan sederet teknologi AI canggih yang menjadi perbincangan dunia, termasuk kehadiran DeepSeek, Manus AI, dan chip kuantum super cepat Zuchongzhi-3.

Ambisi Besar China di Balik Lompatan Teknologi
Ketiga teknologi tersebut bukan sekadar pencapaian biasa, melainkan simbol ambisi besar China untuk menyaingi dominasi Amerika Serikat dalam industri AI global.
Meskipun menghadapi berbagai sanksi dan pembatasan teknologi dari AS sejak era pemerintahan Presiden Donald Trump, China justru semakin agresif membangun ekosistem AI mandirinya.
Persaingan Semakin Memanas
Persaingan antara dua raksasa dunia ini pun makin memanas. Dalam upaya menandingi dominasi
AI dari Negeri Paman Sam, China meluncurkan berbagai inovasi yang berhasil mencuri perhatian pasar dan pengguna global. Lantas, apa saja teknologi AI asal China yang siap mengguncang dominasi Amerika?
DeepSeek: Penantang Serius OpenAI dan Google
Salah satu gebrakan terbesar dalam AI adalah DeepSeek. Dikembangkan oleh startup High Flyer asal Hangzhou
dan dipimpin oleh Liang Wenfeng, DeepSeek hadir sebagai chatbot cerdas yang bukan sekadar alat percakapan biasa, namun sebagai pesaing tangguh bagi OpenAI dan Google.
Sejak peluncurannya, DeepSeek langsung melejit sebagai aplikasi gratis teratas di Apple App Store di 111 negara
dan menduduki peringkat pertama di Google Play Store di 18 negara. Aplikasi ini mampu menjawab pertanyaan, menganalisis data, serta menghasilkan konten kreatif secara cepat dan efisien.
Model AI Unggulan: DeepSeek V3 dan R-1
Kesuksesan DeepSeek didukung oleh dua model utama, yaitu DeepSeek V3 dan DeepSeek R-1. Model V3 dirilis pada Desember 2024
dengan arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) berisi 671 miliar parameter, namun hanya 37 miliar parameter yang aktif per token, menjadikannya hemat energi komputasi.
Pada Januari 2025, DeepSeek kembali mencuri perhatian dengan meluncurkan DeepSeek R-1, versi lanjutan dengan kemampuan penalaran lebih tinggi.
R-1 ini bahkan dikembangkan menggunakan chip AI spesifikasi rendah, namun mampu menangani tugas kompleks seperti logika berantai, pemrograman, hingga matematika tingkat lanjut.
Baca juga:Penyalahgunaan AI Berisiko Perparah Kesenjangan Gender
Efisiensi Luar Biasa dan Dampak Global
Menariknya, DeepSeek R-1 dilatih hanya dalam dua bulan dengan biaya sekitar 6 juta dolar AS (sekitar Rp 97 miliar), jauh lebih murah dibanding GPT-4 dari OpenAI yang menghabiskan sekitar 63 juta dolar AS.
Efisiensi ini membuat DeepSeek menjadi ancaman nyata bagi para raksasa AI global.
Pada Januari 2025, lonjakan popularitas DeepSeek bahkan berdampak signifikan di pasar saham.
Saham Nvidia, pemasok chip AI terbesar dunia, anjlok hampir 17 persen dalam satu hari dan kehilangan
nilai pasar sebesar 588,8 miliar dolar AS — mencetak rekor kerugian terbesar dalam sejarah bursa saham.
Manus AI: Agen Cerdas yang Mandiri
Teknologi AI revolusioner lainnya dari China adalah Manus AI, dikembangkan oleh startup Monica dan diluncurkan pada 6 Maret 2025.
Berbeda dengan asisten AI tradisional, Manus AI hadir sebagai agen otonom yang mampu menjalankan tugas kompleks secara mandiri.
Manus AI menjembatani kesenjangan antara niat pengguna dan eksekusi, tanpa membutuhkan perintah berulang. Mulai dari membuat laporan, menganalisis data, merancang perjalanan, hingga menyusun strategi konten — semuanya bisa dilakukan tanpa intervensi manual yang terus-menerus.
Masa Depan Teknologi AI China
Dengan kehadiran DeepSeek dan Manus AI, China telah membuktikan bahwa mereka tidak hanya mampu
mengejar ketertinggalan dalam pengembangan AI, tetapi bahkan mampu menjadi pemimpin baru dalam
beberapa aspek. Ambisi ini diperkuat dengan proyek-proyek AI lainnya, termasuk chip kuantum Zuchongzhi-3, sistem pengawasan pintar, dan pengembangan robot otonom.
Dalam beberapa tahun ke depan, dunia akan terus menyaksikan bagaimana peta kekuatan AI global berubah.
China, dengan inovasi dan efisiensi biaya yang agresif, akan terus menjadi penantang serius dominasi teknologi Amerika Serikat.