Kenapa Thailand Kamboja Tempur Begini Awal Mulanya
Hubungan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah terjadi bentrokan di wilayah perbatasan yang telah lama disengketakan.
Meski konflik bersenjata tidak selalu terjadi, perselisihan antar kedua negara ini telah berlangsung selama beberapa dekade, didorong oleh perbedaan pandangan atas batas wilayah dan pengaruh nasionalisme di kedua belah pihak.
Kenapa Thailand Kamboja Tempur Begini Awal Mulanya
Akar dari konflik ini dapat ditelusuri sejak awal abad ke-20, saat wilayah Asia Tenggara masih berada di bawah kekuasaan kolonial.
Peta yang digunakan untuk menentukan batas wilayah antara Thailand (dulu Siam) dan Kamboja (koloni Prancis) seringkali tidak konsisten.
Salah satu lokasi paling kontroversial adalah Kuil Preah Vihear, sebuah situs suci yang berada di wilayah perbatasan pegunungan Dangrek.
Putusan Mahkamah Internasional Tahun 1962
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear secara hukum berada di wilayah Kamboja.
Namun, wilayah di sekitar kuil tersebut tidak secara tegas disebutkan, sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda.
Thailand menerima keputusan ICJ, tetapi perselisihan soal wilayah di sekitar kuil terus berlangsung hingga hari ini.
Pemicu Konflik Baru di Abad 21
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali mencuat pada tahun 2008 hingga 2011.
Kedua belah pihak menempatkan pasukan di dekat situs kuil, yang memicu bentrokan dan korban jiwa Insiden ini memperkeruh hubungan diplomatik dan mengganggu kehidupan masyarakat di sekitar perbatasan.
Pada tahun-tahun berikutnya, meski terdapat beberapa perjanjian damai dan dialog bilateral, ketegangan tidak benar-benar mereda.
Nasionalisme dan kebanggaan terhadap warisan budaya membuat isu ini tetap sensitif di mata publik kedua negara.
Ketegangan Terkini dan Penyebabnya
Pada pertengahan 2025, media lokal Thailand dan Kamboja melaporkan peningkatan aktivitas militer di wilayah perbatasan yang sama.
Laporan menyebutkan adanya pembangunan infrastruktur militer oleh Kamboja yang dianggap provokatif oleh Thailand.
Di sisi lain, Kamboja menuduh Thailand melanggar kesepakatan batas wilayah yang telah disepakati sebelumnya.
Insiden ini memicu protes di kedua negara dan seruan dari komunitas internasional BALAP4DÂ untuk menahan diri. Masing-masing pihak saling tuduh telah melanggar kedaulatan dan mencederai perjanjian bilateral.
Peran ASEAN dan Upaya Mediasi
Sebagai sesama anggota ASEAN, Thailand dan Kamboja diharapkan menyelesaikan sengketa ini melalui jalur damai.
ASEAN sendiri pernah berperan sebagai mediator dalam konflik sebelumnya, namun upaya tersebut tidak selalu membuahkan hasil konkret.
Beberapa negara anggota menyerukan agar kedua pihak kembali ke meja perundingan dan mematuhi prinsip-prinsip Piagam ASEAN.
Dampak Terhadap Masyarakat Perbatasan
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan, konflik ini membawa ketakutan dan ketidakpastian. Banyak warga yang harus mengungsi akibat bentrokan atau latihan militer yang dilakukan kedua negara.
Perekonomian lokal pun terganggu, terutama bagi petani dan pedagang lintas batas.
Solusi Jangka Panjang Masih Menjadi Tanda Tanya
Hingga kini, belum ada solusi permanen atas sengketa wilayah Thailand dan Kamboja.
Para pengamat internasional menilai bahwa diperlukan pendekatan multilateral dan rekonsiliasi sejarah untuk mengakhiri konflik ini secara damai.
Selain itu, peningkatan kerja sama antar masyarakat sipil kedua negara juga dianggap penting untuk menurunkan tensi nasionalisme yang berlebihan.
Kesimpulan
Konflik antara Thailand dan Kamboja bukan hanya soal batas geografis, tetapi juga menyangkut identitas nasional dan warisan sejarah.
Selama belum ada kesepakatan yang jelas dan saling diterima, potensi konflik akan terus membayangi hubungan kedua negara. Diplomasi aktif dan kesabaran menjadi kunci agar perdamaian yang berkelanjutan dapat tercapai.
Baca juga: Pasar EV Indonesia Wuling dan BYD Beradu Kekuatan