Kisah Penerbangan Saudia 163: Saat Pintu Dibuka di Bandara, 301 Penumpang Ditemukan Sudah Tewas
Salah satu tragedi penerbangan paling memilukan dalam sejarah dunia adalah kecelakaan yang melibatkan Penerbangan Saudia 163.
Pada 19 Agustus 1980, pesawat Lockheed L-1011 TriStar milik Saudi Arabian Airlines (Saudia), yang sedang terbang dari Bandara King Khalid
di Riyadh, Arab Saudi, menuju Jeddah, mengalami insiden fatal yang berakhir dengan 301 penumpang tewas setelah pintu pesawat dibuka di bandara.
Tragedi ini tidak hanya mengguncang dunia penerbangan, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan mengubah kebijakan keselamatan penerbangan di seluruh dunia.
Artikel ini akan mengungkapkan kronologi kejadian, penyebab kecelakaan, serta dampaknya terhadap dunia penerbangan dan kebijakan keselamatan yang diambil pasca-peristiwa tersebut.

Kisah Penerbangan Saudia 163: Saat Pintu Dibuka di Bandara, 301 Penumpang Ditemukan Sudah Tewas
Penerbangan Saudia 163 lepas landas dari Riyadh pada pukul 18:45 waktu setempat, dengan tujuan Jeddah, yang terletak di pantai Laut Merah.
Pesawat ini mengangkut 287 penumpang dan 14 kru. Pesawat tersebut adalah pesawat Lockheed L-1011 TriStar, yang dikenal sebagai salah satu pesawat jarak jauh yang aman dan canggih pada masa itu.
Namun, beberapa menit setelah lepas landas, masalah mulai muncul. Kru penerbangan menyadari bahwa ada kebakaran yang terjadi di salah satu ruang kargo pesawat.
Kebakaran ini ternyata berasal dari baterai yang rusak di salah satu kompartemen kargo yang tidak terdeteksi oleh sistem pemantauan pesawat.
Saat kru mengetahui adanya kebakaran, mereka berusaha untuk mengatasi situasi tersebut. Pesawat ini kemudian kembali ke Bandara King Khalid untuk melakukan pendaratan darurat.
Namun, dalam perjalanan kembali, kebakaran semakin membesar dan mengeluarkan gas beracun yang membuat pesawat semakin berbahaya untuk diterbangkan.
Saat pesawat mendarat dengan selamat di Riyadh, kru berhasil membuka pintu pesawat, tetapi sayangnya, sudah terlambat.
301 penumpang dan kru ditemukan tewas akibat gas beracun yang terhirup selama kebakaran dan kurangnya waktu untuk evakuasi yang efektif.
Penyebab Kecelakaan: Kebakaran yang Tidak Terdeteksi
Penyebab utama dari tragedi ini adalah kebakaran di ruang kargo yang tidak terdeteksi tepat waktu. Meskipun kebakaran ini bermula dari baterai yang rusak
kebakaran di ruang kargo sulit untuk segera dideteksi karena tidak ada sistem pemantauan kebakaran di area tersebut yang bisa memberikan peringatan kepada kru dengan cepat.
Selain itu, sistem peringatan dini dan pengawasan kebakaran pesawat saat itu belum secanggih yang kita miliki sekarang.
Pesawat ini memang dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, namun upaya tersebut tidak berhasil karena kebakaran tersebut berkembang lebih cepat daripada yang dapat ditangani oleh kru pesawat.
Penting untuk dicatat bahwa di masa itu, penanganan kebakaran di ruang kargo pesawat belum sepenuhnya dipertimbangkan dengan serius dalam standar keselamatan penerbangan.
Masalah ini terungkap dengan jelas setelah tragedi Saudia 163, yang memicu perubahan signifikan dalam kebijakan keselamatan penerbangan, khususnya mengenai kebakaran dalam ruang kargo.
Evakuasi yang Gagal: Penutupan Pintu Terlambat
Salah satu aspek yang paling memilukan dari tragedi ini adalah proses evakuasi yang terlambat. Ketika pesawat akhirnya berhasil mendarat
kru segera membuka pintu untuk memulai evakuasi penumpang.
Namun, gas beracun yang telah menyebar di kabin membuat banyak penumpang tidak dapat selamat meskipun pesawat telah mendarat dengan selamat.
Faktor waktu menjadi sangat krusial dalam evakuasi ini. Dalam situasi seperti ini, di mana kebakaran menyebabkan asap dan gas
beracun menyebar ke dalam kabin pesawat waktu adalah faktor yang sangat penting. Namun, keterlambatan dalam membuka pintu dan proses evakuasi yang tidak cepat mengakibatkan banyak korban yang tidak berhasil diselamatkan.
Selain itu, saat itu, prosedur evakuasi darurat yang efektif dan cepat belum sepenuhnya berkembang, dan para penumpang juga tidak
diberikan instruksi yang memadai untuk menangani situasi darurat seperti ini. Banyaknya penumpang dan kondisi kabin yang padat juga menambah kesulitan dalam proses evakuasi.
Dampak Tragedi dan Perubahan Kebijakan Keselamatan
Setelah tragedi Saudia 163, dunia penerbangan internasional mengalami perubahan signifikan dalam kebijakan keselamatan. Tragedi ini menjadi titik balik yang mendorong peningkatan standar keselamatan penerbangan yang lebih ketat. Beberapa langkah yang diambil setelah peristiwa ini antara lain:
-
Peningkatan Sistem Pemantauan Kebakaran di Ruang Kargo
Pasca-insiden Saudia 163, kebijakan yang mengatur pemantauan dan deteksi kebakaran di ruang kargo diperketat. Sistem pemantauan kebakaran yang lebih canggih dan efektif mulai diterapkan pada pesawat baru dan pesawat yang sudah beroperasi. -
Perubahan Prosedur Evakuasi
Prosedur evakuasi pun diperbarui untuk memastikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk membuka pintu pesawat dan melakukan evakuasi penumpang dapat dilakukan lebih cepat. Protokol ini mencakup pengujian dan pelatihan lebih lanjut untuk kru pesawat. -
Peningkatan Pelatihan Kru Pesawat
Insiden ini juga memicu peningkatan pelatihan bagi kru pesawat, terutama dalam penanganan kebakaran di kabin</strong> dan ruang kargo. Mereka sekarang lebih terlatih dalam menangani kebakaran yang terjadi di luar kabin penumpang. -
Perbaikan Standar Keselamatan untuk Pesawat Komersial
Seiring waktu, standar keselamatan pesawat komersial terus berkembang. Penerapan teknologi yang lebih baik, seperti sistem pemadam kebakaran otomatis di ruang kargo, serta pengembangan protokol keselamatan lainnya, bertujuan untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Baca juga:Oppo Find N5 Ponsel Lipat Tipis dengan Performa Meningkat
Penutupan dan Kenangan
Tragedi Penerbangan Saudia 163 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan industri penerbangan.
Sebagai salah satu kecelakaan penerbangan paling tragis dalam sejarah, kejadian ini mengingatkan kita tentang pentingnya
keselamatan penerbangan dan penanganan krisis dalam dunia penerbangan.
Tidak hanya mengubah kebijakan keselamatan penerbangan, tetapi juga meninggalkan warisan penting bagi generasi berikutnya untuk terus berinovasi dan meningkatkan standar keselamatan agar tragedi serupa tidak terulang.
Kini, meskipun waktu telah berlalu, tragedi Saudia 163 tetap menjadi pelajaran penting bagi dunia penerbangan.
Inovasi dalam teknologi dan prosedur keselamatan yang diterapkan setelah kejadian ini menjadi dasar bagi perkembangan industri penerbangan yang lebih aman dan efisien di masa depan.