Google Tetap Bayar Gaji Pegawai Meski Tidak Bekerja Selama Setahun
Google kembali menjadi sorotan publik setelah muncul kabar bahwa perusahaan teknologi raksasa ini tetap membayar gaji penuh kepada beberapa pegawainya meski tidak bekerja selama satu tahun penuh. Kebijakan ini dianggap tidak biasa di dunia kerja, terutama dalam kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.
Siapa yang Mendapatkan Fasilitas Ini?
Kebijakan ini berlaku untuk sejumlah pegawai yang terkena dampak program reorganisasi internal. Sebagian dari mereka ditempatkan dalam status “nonaktif sementara” namun tetap menerima gaji, tunjangan, serta akses ke layanan internal perusahaan.
Meski tidak diberi proyek khusus atau beban kerja rutin, para pegawai ini tetap terdaftar sebagai karyawan aktif. Hal ini menjadi salah satu bentuk pendekatan Google dalam menjaga loyalitas dan mengurangi dampak mental dari pemindahan atau penghentian proyek.

Alasan di Balik Kebijakan Tersebut
Menurut sumber internal, Google menerapkan kebijakan ini sebagai bagian dari restrukturisasi yang tidak ingin serta-merta memecat karyawan. Sebaliknya, perusahaan memberi waktu kepada pegawai untuk menemukan peran baru di dalam ekosistem Google sebelum diambil keputusan lebih lanjut.
Tujuan Kebijakan Ini
-
Memberikan waktu adaptasi bagi pegawai yang terdampak restrukturisasi.
-
Menghindari pemutusan hubungan kerja secara tiba-tiba.
-
Menjaga stabilitas psikologis dan finansial karyawan.
-
Memberikan kesempatan untuk redistribusi talenta di divisi lain.
Reaksi Beragam dari Publik
Kebijakan ini menimbulkan berbagai respons. Sebagian besar netizen memuji langkah Google sebagai bentuk penghargaan terhadap karyawan. Namun, ada juga yang mempertanyakan efisiensi anggaran dan kemungkinan terjadinya ketimpangan kerja.
“Bayangkan digaji penuh tanpa pekerjaan aktif, ini mimpi semua pekerja!” tulis seorang pengguna Twitter.
“Ini bukti Google punya budaya kerja yang benar-benar berbeda,” ujar lainnya.
Perbandingan dengan Perusahaan Lain
Kebijakan Google ini berbeda dengan langkah banyak perusahaan teknologi lain yang cenderung melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Sejumlah perusahaan seperti Meta dan Amazon telah memangkas ribuan posisi sejak tahun lalu demi efisiensi anggaran.
Baca juga:Simulasi Kredit Toyota Fortuner GR Sport 4×4, Per Bulan Rp 14 jt
Sementara itu, Google memilih jalur transisi yang lebih lembut bagi karyawannya, setidaknya untuk sementara waktu.
Pandangan Pakar SDM
Pakar sumber daya manusia menilai bahwa kebijakan ini menunjukkan komitmen Google dalam mempertahankan sumber daya manusianya. Meski mahal dari sisi finansial, keputusan tersebut bisa memperkuat kepercayaan internal dan citra perusahaan di mata publik.
Namun, mereka juga mengingatkan bahwa kebijakan semacam ini tidak bisa diterapkan di semua sektor, apalagi di perusahaan dengan keterbatasan sumber daya.
Potensi Risiko dan Efisiensi Jangka Panjang
Walau terdengar ideal, kebijakan ini bukan tanpa risiko. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa memunculkan persepsi “dibayar tanpa bekerja” yang menurunkan motivasi dan produktivitas.
Google perlu memastikan bahwa kebijakan ini bersifat sementara, serta didukung sistem evaluasi yang jelas untuk menentukan penempatan ulang atau keputusan karier karyawan yang bersangkutan.
Kesimpulan: Antara Kebijakan Humanis dan Tantangan Efisiensi
Langkah Google untuk tetap membayar pegawai yang tidak bekerja selama setahun memang menuai decak kagum sekaligus tanda tanya. Di satu sisi, ini mencerminkan pendekatan humanis terhadap pengelolaan SDM. Di sisi lain, muncul kekhawatiran akan efisiensi dan keadilan internal dalam jangka panjang.
Bagi dunia kerja global, ini menjadi contoh bagaimana perusahaan besar merespons perubahan dengan cara yang tidak konvensional. Meskipun belum tentu bisa diterapkan secara luas, kebijakan ini membuka ruang diskusi baru tentang fleksibilitas, loyalitas, dan masa depan sistem kerja.